LOMBOK UTARA, PrimadonaNews - Sumur Lokok Kengkang yang terletak di sebelah timur Dusun Ruak Bangket Desa Sukadana Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara, barangkali legendanya tidak banyak dikenal oleh masyarakat sekitar. Namun yang jelas hampir setiap tahun acara ritual adat penggalian sumur dilaksanakan oleh para toak-lokak atau sesepuh adat setempat, yang pada tahun ini penggaliannya dilakukan pada senin 2/1.
Sebelum dilakukan kegiatan penggalian, terlebih dahulu diawali dengan gundem (musyawarah) dua pembekel adat yaitu pembekel adat Ruak Bangket dan Goar Seleah Desa Sukadana, yang kemudian pada malam harinya dilanjutkan dengan menaruh berupa sesajen yang terdiri dari kelapa muda dan lekesan yang terbuat dari daun sirih serta buah pinang muda sebagai pertanda selamatan penggalian sumur dimulai.
Sejak pagi hingga sore hari, masyarakat adat Sukadana bergotong royong melakukan penggalian sumur hingga ditemukan sumber mata air yang diyakini warga sebagai sumber penghidupan. Kegiatan inipun dilanjutkan dengan memotong beberapa ekor ayam oleh kiyai didekat sumur tersebut yang setiap tahun selalu tertutup pasir.
Sumur Lokok Kengkang Desa Sukadana Kecamatan Bayan Lombok Utara yang menurut seorang budayawan Kecamatan Bayan, Saidah Nurcandra ketika ditemui dikediamnnya di DusunTeluk Desa Sukadana Kecamayan Bayan,KLU menurturkan, bahwa legenda keberadaan sumur Lokok Kengkang,berawal dari sebuah upacara adat yang dikenal dengan sebutan acara “Alip Numbuk” yang dilaksanakan oleh Kerajaan Bayan yang dipimpin oleh Datu Bayan Agung, ratusan tahun silam.
Pada upacara adat tersebut, berangkatlah beberapa tokoh menuju Lokok Bajo yang terletak di bawah Dusun Karang Bajo-Bayan, membawa berbagai persiapan upacara untuk dicuci di lokok atau kali Bajo. Upacara Alip Numbuk ini biasanya dilaksanakan sewindu atau 8 tahun sekali.
Dan tidak lupa pada saat itu dibawa berupa ayam dan kerbau. Namun ketika dilaksanakan pencucian bahan makanan, tiba-tiba ayam dan tali kerbaunya hilang. Dan tentu ini membuat para tokoh adat resah dan terus mencari ayam serta tali kerbau yang hilang. Setelah dicari ke beberapa tempat, lalu ditemukanlah ayam dan tali kerbau itu di sebuah sumur di dekat pantai Dusun Ruak Bangket Desa Sukadana yang jaraknya dari lokok bajo sekitar 10 km. Dan tempat penemuan ayam dan tali kerbau itulah yang dikenal dengan sumur “loang ayam”.
Selain ayam, juga ditemukan satu butir telur ayam, kemudian dieramkan, dan lahirlah ayam berbulu serawah, yang konon ayam itu diadu (digocek) sampai ke Bali dan tidak pernah kalah. Setelah sumur loang ayam ini tertutup banjir, maka muncul lagi sebuah sumur di dekatnya yang belakangan dikenal dengan sumur Lokok (kali) Kengkang. “Kengkang berasal dari kata kekang atau tali pengikat kerbau yang hilang. Saya melihat ada lubang besar dari sumur ini yang tembus ke kali Bajo. Jadi ada kaitannya lubang yang ada di Karang Bajo dengan lubang sumur Lokok Kengkang”, tutur A. Saidah.
Remadi, salah seorang tokoh adat setempat mengatakan, di wilayah desa Sukadana ditemukan tiga sumur, yaitu sumur Salak, semur Bangsal dan sumur Lokok Kengkangyang ada hubungannya dengan sumur Lokok Bajo. Air sumur tersebut dari jaman leluhur dulu dijadikan sebagai tempat mencuci “menik segah” (beras yang dicuci digunakan untuk acara ritual adat-red).
Konon di sumurLokok Kengkang pernah ditemukan ayam berbulu serawah, namun ketika warga akan menangkapnya, ayam itupun menghilang. “Sampai sekarang ayam itu kadang-kadang dapat dilihat oleh warga, tapi kalau mau ditangkap ayam itu langsung menghilang”, jelas Remadi.
Sementara tokoh adat Dusun Ruak Bangket-Sukadana, A. Mindanom mengatakan, sebelum dilakukan upacara ritual penggalian sumur Lokok Kengkang, terlebih dahulu dipersiapkan berbagai bahan makanan, seperti ayam, beras, uang bolong dan lain sebagainya. Dan pada jaman dahulu sebelum ritual ini dilakukan diawali dengan acara sabung ayam (gecekan) secara terang-terangan. Namun karena peraturan atau UU negara tidak memberikan, maka sabung ayam inipun ditiadakan.
Upacara ritual penggalian sumur Lokok Kengkang dilakukan apabila terjadi musim kemarau panjang, dan semua tanaman petani tidak ada yang berhasil. “Dan biasanya setelah dilakukan penggalian, hujanpun turun membasahi bumi, sehingga tanaman dapat hidup”, kata A. Mindanom.
Mindanom mengakui kalau belakangan ini para generasi muda sudah jarang menghiraukan acara-acara ritual adat, bahkan ada juga sebagiannya yang kurang yakin, padahal apa yang dilakukan oleh para tokoh dan masyarakat adat, memang sudah ada sejak nenek moyang kita dahulu. “Dalam acara ritual kami hanya memohon kepada Yang Maha Kuasa, dan acara ritual hanya sebagai syarat saja”, jelas Mindanom.
Tokoh separuh baya ini menambahkan, biasanya setelah dilakukan penggalian sumur Lokok Kengkang, banyak masyarakat menemukan ikan tuna dan udang di dalamnya. Dan kedalaman penggaliannya tidak kurang dari 1,5 meter sudah terlihat airnya yang cukup dingin dan lebih dingin dari es kulkas. Inilah salah satu legenda yang barangkali tidak banyak masyarakat KLU mengenalnya. “Upacara ritual seperti ini perlu dilindungi dan dilestarikan, baik oleh masyarakat adat sendiri maupun pemerintah, sebab peninggalan seperti ini merupakan hasanah Lombok Utara yang tak ternilai harganya”, pungkas Mindanom.
Sebelum dilakukan kegiatan penggalian, terlebih dahulu diawali dengan gundem (musyawarah) dua pembekel adat yaitu pembekel adat Ruak Bangket dan Goar Seleah Desa Sukadana, yang kemudian pada malam harinya dilanjutkan dengan menaruh berupa sesajen yang terdiri dari kelapa muda dan lekesan yang terbuat dari daun sirih serta buah pinang muda sebagai pertanda selamatan penggalian sumur dimulai.
Sejak pagi hingga sore hari, masyarakat adat Sukadana bergotong royong melakukan penggalian sumur hingga ditemukan sumber mata air yang diyakini warga sebagai sumber penghidupan. Kegiatan inipun dilanjutkan dengan memotong beberapa ekor ayam oleh kiyai didekat sumur tersebut yang setiap tahun selalu tertutup pasir.
Sumur Lokok Kengkang Desa Sukadana Kecamatan Bayan Lombok Utara yang menurut seorang budayawan Kecamatan Bayan, Saidah Nurcandra ketika ditemui dikediamnnya di DusunTeluk Desa Sukadana Kecamayan Bayan,KLU menurturkan, bahwa legenda keberadaan sumur Lokok Kengkang,berawal dari sebuah upacara adat yang dikenal dengan sebutan acara “Alip Numbuk” yang dilaksanakan oleh Kerajaan Bayan yang dipimpin oleh Datu Bayan Agung, ratusan tahun silam.
Pada upacara adat tersebut, berangkatlah beberapa tokoh menuju Lokok Bajo yang terletak di bawah Dusun Karang Bajo-Bayan, membawa berbagai persiapan upacara untuk dicuci di lokok atau kali Bajo. Upacara Alip Numbuk ini biasanya dilaksanakan sewindu atau 8 tahun sekali.
Dan tidak lupa pada saat itu dibawa berupa ayam dan kerbau. Namun ketika dilaksanakan pencucian bahan makanan, tiba-tiba ayam dan tali kerbaunya hilang. Dan tentu ini membuat para tokoh adat resah dan terus mencari ayam serta tali kerbau yang hilang. Setelah dicari ke beberapa tempat, lalu ditemukanlah ayam dan tali kerbau itu di sebuah sumur di dekat pantai Dusun Ruak Bangket Desa Sukadana yang jaraknya dari lokok bajo sekitar 10 km. Dan tempat penemuan ayam dan tali kerbau itulah yang dikenal dengan sumur “loang ayam”.
Selain ayam, juga ditemukan satu butir telur ayam, kemudian dieramkan, dan lahirlah ayam berbulu serawah, yang konon ayam itu diadu (digocek) sampai ke Bali dan tidak pernah kalah. Setelah sumur loang ayam ini tertutup banjir, maka muncul lagi sebuah sumur di dekatnya yang belakangan dikenal dengan sumur Lokok (kali) Kengkang. “Kengkang berasal dari kata kekang atau tali pengikat kerbau yang hilang. Saya melihat ada lubang besar dari sumur ini yang tembus ke kali Bajo. Jadi ada kaitannya lubang yang ada di Karang Bajo dengan lubang sumur Lokok Kengkang”, tutur A. Saidah.
Remadi, salah seorang tokoh adat setempat mengatakan, di wilayah desa Sukadana ditemukan tiga sumur, yaitu sumur Salak, semur Bangsal dan sumur Lokok Kengkangyang ada hubungannya dengan sumur Lokok Bajo. Air sumur tersebut dari jaman leluhur dulu dijadikan sebagai tempat mencuci “menik segah” (beras yang dicuci digunakan untuk acara ritual adat-red).
Konon di sumurLokok Kengkang pernah ditemukan ayam berbulu serawah, namun ketika warga akan menangkapnya, ayam itupun menghilang. “Sampai sekarang ayam itu kadang-kadang dapat dilihat oleh warga, tapi kalau mau ditangkap ayam itu langsung menghilang”, jelas Remadi.
Sementara tokoh adat Dusun Ruak Bangket-Sukadana, A. Mindanom mengatakan, sebelum dilakukan upacara ritual penggalian sumur Lokok Kengkang, terlebih dahulu dipersiapkan berbagai bahan makanan, seperti ayam, beras, uang bolong dan lain sebagainya. Dan pada jaman dahulu sebelum ritual ini dilakukan diawali dengan acara sabung ayam (gecekan) secara terang-terangan. Namun karena peraturan atau UU negara tidak memberikan, maka sabung ayam inipun ditiadakan.
Upacara ritual penggalian sumur Lokok Kengkang dilakukan apabila terjadi musim kemarau panjang, dan semua tanaman petani tidak ada yang berhasil. “Dan biasanya setelah dilakukan penggalian, hujanpun turun membasahi bumi, sehingga tanaman dapat hidup”, kata A. Mindanom.
Mindanom mengakui kalau belakangan ini para generasi muda sudah jarang menghiraukan acara-acara ritual adat, bahkan ada juga sebagiannya yang kurang yakin, padahal apa yang dilakukan oleh para tokoh dan masyarakat adat, memang sudah ada sejak nenek moyang kita dahulu. “Dalam acara ritual kami hanya memohon kepada Yang Maha Kuasa, dan acara ritual hanya sebagai syarat saja”, jelas Mindanom.
Tokoh separuh baya ini menambahkan, biasanya setelah dilakukan penggalian sumur Lokok Kengkang, banyak masyarakat menemukan ikan tuna dan udang di dalamnya. Dan kedalaman penggaliannya tidak kurang dari 1,5 meter sudah terlihat airnya yang cukup dingin dan lebih dingin dari es kulkas. Inilah salah satu legenda yang barangkali tidak banyak masyarakat KLU mengenalnya. “Upacara ritual seperti ini perlu dilindungi dan dilestarikan, baik oleh masyarakat adat sendiri maupun pemerintah, sebab peninggalan seperti ini merupakan hasanah Lombok Utara yang tak ternilai harganya”, pungkas Mindanom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar