LOMBOK UTARA, PrimadonaNews - Menjadi wartawan merupakan pekerjaan mulia dan suci, karena wartawan bagian dari perpanjangan kalam baik masyarakat maupun pejebat publik.
“Jika wartawan melihat atau menyaksikan ada berita yang menarik atau menyedihkan di sekelilingnya , maka wartawan akan melakukan liputan dan menyebarkan melalui tulisan”, kata ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Lombok Utara (KLU), Algas AR, ketika melakukan pertemuan di ruang kerjanya, rabu 4 januari 2011.
Menurut Algas, sebagai daerah otonomi baru, KLU sudah selayaknya memiliki wartawan muda yang memiliki potensi dan semangat tinggi. “Dengan adanya berita yang ditulis wartawan, kita akan tahu maju mundurnya suatu daerah”, jelasnya.
Bukan itu saja, lanjut Algas merdekanya bangsa ini tidak terlepas dari perjuangan wartawan untuk meyakinkan rakyat Indonesia diseluruh penjuru negeri bahwa bangsa ini sudah merdeka dari penjajah, seperti yang dilakukan RRI saat itu.
Hadirnya beberapa media baru dari luar daerah KLU sekarang ini dinilai Algas cukup wajar, dan wartawan muda bisa mulai belajar melalui media yang ada. “Namun jangan hanya mau dimanfaatkan tenaganya , sementara untuk biaya peliputan tidak ada”, tegas Algas.
Dikatakan, saat ini PWI masih berusaha mencari investor yang bersedia menginfesatiskan modalnya untuk mencetak media khusus di KLU. “Memang , sudah ada investor yang bersedia mendanai, tetapi dia salah seorang anggota DPR RI artinya politkus. Dan ini perlu menjadi pertimbangan”, katanya.
Cost untuk membuat media tidak murah artinya lumayan menguras kocek puluhan hingga ratusan juta jika menginginkan mutu yang baik. “Bisa dibayangkan untuk oprasional wartawan saja dalam satu bulan jika krunya 7 menghabiskan Rp. 5 hingga 8 juta, belum lagi jika dihitung biaya cetak”, jelasnya.
“Jika wartawan melihat atau menyaksikan ada berita yang menarik atau menyedihkan di sekelilingnya , maka wartawan akan melakukan liputan dan menyebarkan melalui tulisan”, kata ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Lombok Utara (KLU), Algas AR, ketika melakukan pertemuan di ruang kerjanya, rabu 4 januari 2011.
Menurut Algas, sebagai daerah otonomi baru, KLU sudah selayaknya memiliki wartawan muda yang memiliki potensi dan semangat tinggi. “Dengan adanya berita yang ditulis wartawan, kita akan tahu maju mundurnya suatu daerah”, jelasnya.
Bukan itu saja, lanjut Algas merdekanya bangsa ini tidak terlepas dari perjuangan wartawan untuk meyakinkan rakyat Indonesia diseluruh penjuru negeri bahwa bangsa ini sudah merdeka dari penjajah, seperti yang dilakukan RRI saat itu.
Hadirnya beberapa media baru dari luar daerah KLU sekarang ini dinilai Algas cukup wajar, dan wartawan muda bisa mulai belajar melalui media yang ada. “Namun jangan hanya mau dimanfaatkan tenaganya , sementara untuk biaya peliputan tidak ada”, tegas Algas.
Dikatakan, saat ini PWI masih berusaha mencari investor yang bersedia menginfesatiskan modalnya untuk mencetak media khusus di KLU. “Memang , sudah ada investor yang bersedia mendanai, tetapi dia salah seorang anggota DPR RI artinya politkus. Dan ini perlu menjadi pertimbangan”, katanya.
Cost untuk membuat media tidak murah artinya lumayan menguras kocek puluhan hingga ratusan juta jika menginginkan mutu yang baik. “Bisa dibayangkan untuk oprasional wartawan saja dalam satu bulan jika krunya 7 menghabiskan Rp. 5 hingga 8 juta, belum lagi jika dihitung biaya cetak”, jelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar