BIMA, PrimadonaNews - Ribuan masa Aksi solidaritas mahasiswa yang mangatasnamaka front rakyat anti tambang didepan kantor pemerintah Daerah Kabupaten Bima yang berlangsung hari selasa tanggal 27-12-2011 pukul 2.15 siang berakhir ricuh.
Masa menuntut pihak kepolisian untuk bertanggung jawab atas pembantaian rakyat di lambu kemudian, mendesak Bupati Bima Segera mencabut SK 188 dan terakhir menuntut Feri Zulkarnain, St untuk mundur dari jabatannya. Hal ini mengingat pembantaian dan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat kepolisian beserta pemerintah daerah tidaklah serius untuk memperhatikan segela persoalan sosial, termasuk masalah pertambangan, ungkap kordinator lapangan Erik Fajrin.
Masa yang awalnya datang dari dua sisi, pertama dari Front Rakyat Anti Tambang dimana masa gabungan dari seluruh OKP yang ada di kota Bima dan kedua dari Bem Taman siswa kabupaten Bima, dengan tujuan dan tuntutan yang sama.
Ditengah aksi demonstrasi berlangsung kedua masa tersebut pecah. Satu sisi masa yang berada di kubu TAMSIS menginginkan agar aksi yang di lakukan harus lebih ekstrim sementara di satu sisipun tidak menginkan hal demikian. Sehingga pada akhirnya masa aksi yang pecah dari kubu TAMSIS memulai kericuhan sampai terjadi kejar mengejar antara kepolisian dan mahasiswa.
Sementara masa dari gabungan dari seluruh okp mahasiswa kota hanya diam diri dan bersikap tenang, damai dengan aparat setempat.(nadir/mataramnews)
Masa menuntut pihak kepolisian untuk bertanggung jawab atas pembantaian rakyat di lambu kemudian, mendesak Bupati Bima Segera mencabut SK 188 dan terakhir menuntut Feri Zulkarnain, St untuk mundur dari jabatannya. Hal ini mengingat pembantaian dan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat kepolisian beserta pemerintah daerah tidaklah serius untuk memperhatikan segela persoalan sosial, termasuk masalah pertambangan, ungkap kordinator lapangan Erik Fajrin.
Masa yang awalnya datang dari dua sisi, pertama dari Front Rakyat Anti Tambang dimana masa gabungan dari seluruh OKP yang ada di kota Bima dan kedua dari Bem Taman siswa kabupaten Bima, dengan tujuan dan tuntutan yang sama.
Ditengah aksi demonstrasi berlangsung kedua masa tersebut pecah. Satu sisi masa yang berada di kubu TAMSIS menginginkan agar aksi yang di lakukan harus lebih ekstrim sementara di satu sisipun tidak menginkan hal demikian. Sehingga pada akhirnya masa aksi yang pecah dari kubu TAMSIS memulai kericuhan sampai terjadi kejar mengejar antara kepolisian dan mahasiswa.
Sementara masa dari gabungan dari seluruh okp mahasiswa kota hanya diam diri dan bersikap tenang, damai dengan aparat setempat.(nadir/mataramnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar