Bima, PrimadonaNews - Sedikitnya 20 pengunjuk rasa yang telah bertindak anarkis hingga jatuhnya dua korban jiwa di sekitar Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, dilaporkan telah ditangkap oleh pihak kepolisian setempat.
Wartawan ANTARA dari Bima, Sabtu melaporkan, tindakan pengamanan terhadap para pengunjuk rasa sebanyak itu dilakukan petugas untuk pengusutan lebih lanjut, menyusul timbulnya aksi anarkis yang juga telah menyebabkan belasan lainnya luka-luka.
Pasukan gabungan yang terdiri atas unsur Brimob Polda Nusa Tenggara Barat dan Polres Bima dibantu pihak TNI dari Batalyon Kompi A Bima, pagi itu sekitar pukul 07.00 Wita berupaya melakukan aksi pembuburan paksa terhadap lebih dari 90 orang yang sejak 19 Desember lalu menduduki dan menutup jalur ke pintu masuk Pelabuhan Sape yang menghubungkan jalur penyeberangan ke Labuhan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Aksi pembubaran yang kemudian mendapat perlawanan dari warga yang memblokade jalur ke pelabuhan tersebut, tiba-tiba berujung dengan aksi saling serang antara petugas dengan pengunjuk rasa.
Serentetan suara tembakan terdengar dalam hiruk pikuknya suasana di tempat kejadian. Tak lama berselang, dua pengunjuk rasa dilaporkan tewas dan belasan lainnya mengalami luka-luka.
Kabid Humas Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) AKBP Sukarman Husein yang dihubungi terpisah, membenarkan bahwa aksi penertiban para pengunjuk rasa di Pelabuhan Sape berujung dengan tindakan anarkis.
Namun demikian, Kabid Humas mengaku belum bisa menjelaskan secara detail, karena laporan yang diterima dari lapangan masih simpang siur.
"Benar ada penertiban aksi blokade jalan pada pagi tadi, dan mencuat menjadi tindakan yang tidak diinginkan, namun petugas di lapangan belum melaporkan informasi detailnya," ujarnya.
Sukarman mengaku tengah menunggu laporan tertulis dari petugas di lapangan, untuk bisa menjelaskan ke publik sesuai fakta yang sebenarnya.
Sukarman juga membenarkan bahwa polisi sudah mengamankan sejumlah warga yang terindikasi melakukan tindakan anarkis, meski belum merinci jumlah dan identitasnya.
Sementara pengunjuk rasa yang tewas diketahui bernama Arifrahman (18) dan Syaiful (17), keduanya warga Desa Suni, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, di penghujung timur Pulau Sumbawa.
Pembubaran paksa tampaknya terpaksa harus dilakukan petugas setelah mediasi dan pendekatan yang ditempuh aparat kepolisian mengalami kebuntuan.
Puluhan petugas hingga siang ini masih tampak berjaga-jaga di sekitar pelabuhan yang sempat lumpuh total sejak kurang lebih enam hari ini. Sumber: antaramataram
Wartawan ANTARA dari Bima, Sabtu melaporkan, tindakan pengamanan terhadap para pengunjuk rasa sebanyak itu dilakukan petugas untuk pengusutan lebih lanjut, menyusul timbulnya aksi anarkis yang juga telah menyebabkan belasan lainnya luka-luka.
Pasukan gabungan yang terdiri atas unsur Brimob Polda Nusa Tenggara Barat dan Polres Bima dibantu pihak TNI dari Batalyon Kompi A Bima, pagi itu sekitar pukul 07.00 Wita berupaya melakukan aksi pembuburan paksa terhadap lebih dari 90 orang yang sejak 19 Desember lalu menduduki dan menutup jalur ke pintu masuk Pelabuhan Sape yang menghubungkan jalur penyeberangan ke Labuhan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Aksi pembubaran yang kemudian mendapat perlawanan dari warga yang memblokade jalur ke pelabuhan tersebut, tiba-tiba berujung dengan aksi saling serang antara petugas dengan pengunjuk rasa.
Serentetan suara tembakan terdengar dalam hiruk pikuknya suasana di tempat kejadian. Tak lama berselang, dua pengunjuk rasa dilaporkan tewas dan belasan lainnya mengalami luka-luka.
Kabid Humas Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) AKBP Sukarman Husein yang dihubungi terpisah, membenarkan bahwa aksi penertiban para pengunjuk rasa di Pelabuhan Sape berujung dengan tindakan anarkis.
Namun demikian, Kabid Humas mengaku belum bisa menjelaskan secara detail, karena laporan yang diterima dari lapangan masih simpang siur.
"Benar ada penertiban aksi blokade jalan pada pagi tadi, dan mencuat menjadi tindakan yang tidak diinginkan, namun petugas di lapangan belum melaporkan informasi detailnya," ujarnya.
Sukarman mengaku tengah menunggu laporan tertulis dari petugas di lapangan, untuk bisa menjelaskan ke publik sesuai fakta yang sebenarnya.
Sukarman juga membenarkan bahwa polisi sudah mengamankan sejumlah warga yang terindikasi melakukan tindakan anarkis, meski belum merinci jumlah dan identitasnya.
Sementara pengunjuk rasa yang tewas diketahui bernama Arifrahman (18) dan Syaiful (17), keduanya warga Desa Suni, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, di penghujung timur Pulau Sumbawa.
Pembubaran paksa tampaknya terpaksa harus dilakukan petugas setelah mediasi dan pendekatan yang ditempuh aparat kepolisian mengalami kebuntuan.
Puluhan petugas hingga siang ini masih tampak berjaga-jaga di sekitar pelabuhan yang sempat lumpuh total sejak kurang lebih enam hari ini. Sumber: antaramataram
Tidak ada komentar:
Posting Komentar